Terapi Bekam |
Sore itu selepas
sholat asar penulis merasa sangat loyo dan ada rasa berat di kepala. Entah
sakit apa, bisa jadi kurang istirahat atau terlalu banyak mengkonsumsi sesuatu.
Walau belum habis jam kerja, tapi badan rasanya sudah tak sanggup lagi kembali “head
to head” dengan layar komputer. Gejala lain yang penulis rasa adalah badan
terasa hangat (tapi bukan demam) dan agak sering buang angin. Sudah lama penulis
tahu tentang bekam, tapi belum pernah melakukannya. Dapat info bahwa salah
seorang petugas masjid adalah terapis bekam, penulis mencoba mencarinya, namun
sore itu sedang tidak ada.. wah misi harus tertunda..hehe
Esok pagi
sekitar jam 9 penulis kembali mencari pak terapis, dan ketemu. Penulis
menceritakan apa yang dikeluhkan sejak hari-hari sebeumnya dan berterus terang
belum pernah dibekam. Pak terapis hanya menyampaikan beberapa kata sebagai penjelasan,
bahwa bekam hanya sebuah ikhtiar, kesembuhan hanya milik Allah semata. Segera
setelah itu, pak terapis memulai terapi. Melihat peralatan dan cara yang dilakukan, penulis merasa terapi yang
dilakukan adalah bekam basah.
Pak terapis
membuka alat perangnya dari sebuah tas. Dimulai dari mangkuk-mangkuk, spray
berisi alkohol untuk sterilisasi, jarum-jarum kecil dan alat penghisap. Setelah
mengenakan sarung tangan, pak terapis membersihkan satu per satu mangkuk yang
akan digunakan. Lumayan lama juga persiapannya, tapi oke lah untuk memastikan
perangkat sudah lengkap dan steril, setelah itu pak terapis membaca beberapa do’a
dan sholawat, pelan.
Selanjutnya
penulis memilih posisi tengkurap. Mangkuk pertama dipasang dan dihisap,
sehingga menempel pada kulit. Demikian juga mangkuk kedua dan seterusnya hingga
ada 5 mangkuk. Selang beberapa saat, mangkuk pertama tadi dilepas dan diberi
tusukan kecil dengan jarum yang disiapkan, lalu dipasang kembali. Begitu juga
dengan mangkuk-mangkuk lainnya.
Sensasi yang
penulis rasakan adalah area kepala dan leher terasa rileks seketika. Pada titik-titik
kulit yang dipasangi mangkuk terasa panas. Ketika penulis tanya kenapa panas,
pak terapis menjelaskan itu bisa jadi angin atau uap berlebih dalam darah yang
keluar melalui lubang tusukan halus tadi. Selang kurang lebih 15 menit, satu
per satu mangkuk dilepas.
Titik-Titik Bekam |
Wow..penulis
cukup heran melihat mangkuk yang berembun, dan ada darah kental yang agak
berbusa putih. Jadi bukan darah segar yang ngalir, seperti yang penulis
bayangkan sebelum terapi. Embun di mangkuk bisa jadi adalah dari panas yang
penulis rasakan tadi. Setelah selesai, punggung penulis dibersihkan dengan tisu
dan lap khusus.
Selesai proses
bekam, penulis merasakan keluhan-keluhan yang ada sebelumnya berkurang
seketika. Kepala dan leher lebih enteng, dan hangat di badan berkurang.
Alhamdulillah, terapi bekam benar-benar penulis rasakan manfaatnya. Menurut pak
terapis, penulis baru boleh bekam lagi paling tidak sebulan ke depan.
Demikianlah pengalaman
penulis melakukan terapi bekam yang pertama, selamat menemukan pengalaman Anda!
No comments:
Post a Comment