30 May 2016

Pengalaman Terapi Bekam



Terapi Bekam
Sore itu selepas sholat asar penulis merasa sangat loyo dan ada rasa berat di kepala. Entah sakit apa, bisa jadi kurang istirahat atau terlalu banyak mengkonsumsi sesuatu. Walau belum habis jam kerja, tapi badan rasanya sudah tak sanggup lagi kembali “head to head” dengan layar komputer. Gejala lain yang penulis rasa adalah badan terasa hangat (tapi bukan demam) dan agak sering buang angin. Sudah lama penulis tahu tentang bekam, tapi belum pernah melakukannya. Dapat info bahwa salah seorang petugas masjid adalah terapis bekam, penulis mencoba mencarinya, namun sore itu sedang tidak ada.. wah misi harus tertunda..hehe

Esok pagi sekitar jam 9 penulis kembali mencari pak terapis, dan ketemu. Penulis menceritakan apa yang dikeluhkan sejak hari-hari sebeumnya dan berterus terang belum pernah dibekam. Pak terapis hanya menyampaikan beberapa kata sebagai penjelasan, bahwa bekam hanya sebuah ikhtiar, kesembuhan hanya milik Allah semata. Segera setelah itu, pak terapis memulai terapi. Melihat peralatan dan cara  yang dilakukan, penulis merasa terapi yang dilakukan adalah bekam basah.

Pak terapis membuka alat perangnya dari sebuah tas. Dimulai dari mangkuk-mangkuk, spray berisi alkohol untuk sterilisasi, jarum-jarum kecil dan alat penghisap. Setelah mengenakan sarung tangan, pak terapis membersihkan satu per satu mangkuk yang akan digunakan. Lumayan lama juga persiapannya, tapi oke lah untuk memastikan perangkat sudah lengkap dan steril, setelah itu pak terapis membaca beberapa do’a dan sholawat, pelan.
 
Peralatan Bekam
Selanjutnya penulis memilih posisi tengkurap. Mangkuk pertama dipasang dan dihisap, sehingga menempel pada kulit. Demikian juga mangkuk kedua dan seterusnya hingga ada 5 mangkuk. Selang beberapa saat, mangkuk pertama tadi dilepas dan diberi tusukan kecil dengan jarum yang disiapkan, lalu dipasang kembali. Begitu juga dengan mangkuk-mangkuk lainnya. 

Sensasi yang penulis rasakan adalah area kepala dan leher terasa rileks seketika. Pada titik-titik kulit yang dipasangi mangkuk terasa panas. Ketika penulis tanya kenapa panas, pak terapis menjelaskan itu bisa jadi angin atau uap berlebih dalam darah yang keluar melalui lubang tusukan halus tadi. Selang kurang lebih 15 menit, satu per satu mangkuk dilepas.
Titik-Titik Bekam
Wow..penulis cukup heran melihat mangkuk yang berembun, dan ada darah kental yang agak berbusa putih. Jadi bukan darah segar yang ngalir, seperti yang penulis bayangkan sebelum terapi. Embun di mangkuk bisa jadi adalah dari panas yang penulis rasakan tadi. Setelah selesai, punggung penulis dibersihkan dengan tisu dan lap khusus.

Selesai proses bekam, penulis merasakan keluhan-keluhan yang ada sebelumnya berkurang seketika. Kepala dan leher lebih enteng, dan hangat di badan berkurang. Alhamdulillah, terapi bekam benar-benar penulis rasakan manfaatnya. Menurut pak terapis, penulis baru boleh bekam lagi paling tidak sebulan ke depan.

Demikianlah pengalaman penulis melakukan terapi bekam yang pertama, selamat menemukan pengalaman Anda!

No comments: