14 November 2014

Kerjakan sekarang atau hutang kerjaan Anda menumpuk

kerja-kerja...
 Buat Anda (seprti saya) yang bekerja di atas meja, uraian jabatan dan SOP (standar prosedur operasi) kerja adalah hal yang menjadi pakem dalam melaksanakan pekerjaan. Dengan uraian jabatan yang rinci, SOP jelas, maka kita akan bekerja dengan efektif dan efisien. Namun apakah urjab dan SOP saja dapat menjamin pekerjaan kita tuntas tanpa "hutang"? 
 Kala dilihat dari frekuensinya, pekerjaan itu ada dua. Ada pekerjaan yang kontinyu (routine), ada juga pekerjaan yang sporadis. Setiap kita boleh jadi memiliki salah satu atau keduanya dalam pekerjaan sehari-hari. Saya sendiri punya keduanya. Ada yang rutin sesuai beban urjab dan kontrak kinerja, ada juga yang sporadis sesuai kebutuhan organisasi/atasan, atau inisiatif kita sendiri dalam rangka perbaikan sistem kerja.
Sesimpel apapun sebuah pekerjaan, ia sangat dibatasi oleh satu hal: waktu! Waktu dalam keseharian kita bisa jadi jam kerja, target, atau komitmen penyelesaian pekerjaan sesuai janji atau pesanan. Nah, tantangan terberat adalah ketika spare waktu kerjaan yang rutin itu dibebani oleh pekerjaan yang sporadis tadi. Di satu sisi kita harus menyelesaikan pekerjaan pokok yang memang sudah menjadi jatah kita, di sisi lain perintah atasan/bos juga tak bisa dianggap angin lalu. Iya kalau perintah itu sifatnya bantuan ringan atau tidak menyita waktu, masalahnya kadang-kadang melebihi beban dari pekerjaan pokok itu sendiri. Sama-sama perintah, sama-sama butuh waktu dan fikiran. Dalam kondisi ini, mana yang harus didahulukan?
Sebetulnya bila diurai lagi, pekerjaan rutin itu akan selesai hari itu juga manakala kita benar-benar menuntaskannya, tidak menyisakan terlalu banyak "PR" untuk dikerjakan di waktu berikutnya, dan inilah yang sering kita sepelekan. Saya sendiri sekarang mulai tersadar, selagi bisa dikerjakan, maka kerjakan hingga tuntas. Kenapa? karena saya tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari! Bisa jadi besok ada perintah tambahan, tugas lain ke luar, atau ada keperluan pribadi mendesak, sementara pekerjaan rutin sudah deadline.
Nah kalau melihat hal tersebut, maka pekerjaan rutin sesuai urjab adalah prioritas pertama, seenteng apapun kita atau orang lain menganggapnya! tolong dicatat. Karena kita tak jarang mendapati karakter atasan/bos atau rekan yang suka meremehkan pekerjaan kita, tidak memahami dampak bila pekerjaan kita ditunda atau tidak tuntas. Tapi, meski demikian tidak bijak juga kalau tidak mengerjakan pekerjaan atau perintah sporadis tadi. Karena inisiatif itu kebanyakan tidak bisa direncanakan. Boleh jadi bos kita atau kita sendiri menemukan ide bagus untuk perbaikan sistem, maka yang harus dilakukan adalah agendakan ide atau inisiatif tersebut untuk digarap pada spare waktu ketika pekerjaan rutin/wajib sudah kita selesaikan. Catatn dan lakukan dengan konsisten. Bila tidak, maka ide-ide itu akan menguap dan melayang, atau kalau tidak, ia akan menjejali memori kita hingga tertanam di bawah alam sadar kita, dan menyebabkan kita pusing tanpa sebab.
Jadi, kerjakan sekarang, atau ia menggunung seiring waktu, atau menguap seperti kentut. hehehe
Nah itu mungkin catatan tentang kerja mengerja, selamat beraktifitas untuk kita semua.

31 August 2014

Pengalaman bocor ban di jalan tol


Seperti biasa, kami pergi berlibur sambil silaturahim ke Sukabumi berangkat Jum'at malam dan kembali ke Jakarta Minggu siang. Liburan kali ini adalah bulan kedua setelah kami melamar si "95VT" (vantrend '95) menjadi bagian dari keluarga kecil kami. Dan sekarang, Minggu siang selepas dzuhur, adalah waktu kami untuk berangkat pulang menuju "emak kota".
Singkat carios, berangkatlah kami beserta tunggangan. Perjalanan sampai pintu masuk jagorawi lancar jaya aman sentosa. Nah, bumbu pengalaman terjadi kira-kira km 30an arah Jakarta. Saat itu saya memacu si VT di lajur paling kanan terus (walau gak lebih dari 80 karena bawa pasukan.. hehehehe...). Tiba-tiba..
Dussssshhhhh......susshhh... gluduk...gluduk....
Si VT lari bergoyang.... meng-oleng ke sebelah kiri...
Firasat saya mengatakan ban gembos.
Ban gembos
Sambil menyalakan sign/sain/sein kiri, saya memperlambat laju si VT dan merapat stop di bahu jalan. Saia turun dan cek.. Wow.. ternyata benar, ban belakang sebelah kiri meninggal dunia.. mungkin memang sudah umurnya. Ini merupakan pengalaman kedua bawa mobil ban nya gembos. Bedanya, yang pertama kejadiannya di jalan sepi arah perkebunan teh Parakansalak, Sukabumi (waktu itu rental), sementara yang kedua di jalan tol. Dalam hati saya bicara, kalo selama ini cuman bilang kasihan lihat orang sambil lewat, akhirnya ngalamin juga dongkrak mobil di pinggir jalan tol.

Penyebab pengalaman pertama yang saya ingat adalah karena jalan gak rata, ban menginjak batu kecil tajam.Sedangkan yang kedua ini mungkin lebih disebabkan oleh kondisi ban. Memang saya perhatikan, ban habis/tipis bagian dalam, bisa jadi sebelumnya adalah ban depan yang dipindah ke belakang oleh pemilik lama.

Berbekal pengalaman pertama, saya bergegas mengambil alat tempur antara lain dongkrak dan kunci baut velg. Dongkrak yang saya punya adalah jenis dongkrak putar non hidrolik, atau sering disebut dongkrak jembatan/dongkrak gunting. Dongkrak jenis ini cukup sederhana tapi powerfull, bahkan saya pernah memakainya untuk mendongkrak Innova. Kelebihan lainnya, karena bentuknya seperti gunting, dalam keadaan tertutup bisa untuk dipasang pada mobil dengan as roda pendek, seperti si VT ini, atau jenis sedan. Sedangkan kunci bautnya yang standar (bentuk L).
dongkrak jembatan/gunting

Kunci baut standar velg mobil
Langkah-langkah yang dilakukan adalah begini:
  • cari landasan/tanah yang rata dan lebih tinggi, agar proses 'replacement' ban lebih enak
  • buka/kendurkan baut velg satu per satu
  • pasang dongkrak, cari posisi yang pas agar kuat tumpuannya dan enak saat putar handle nya
  • angkat dongkrak, hingga ban dapat diputar, kira-kira 10 cm dari pijakan
  • buka baut velg yang sudah dikendurkan tadi satu per satu
  • lepaskan ban gembos, dan bawa ke tempat ban cadangan
  • lalu buka/turunkan ban cadangan. Agar tidak bolak balik, segera setelah ban cadangan diturunkan, ban yang gembos dinaikkan/dipasang ke tempat ban cadangan.
Bongkar-pasang ban

Tahap selanjutnya adalah pemasangan ban cadangan:
  • pasang/angkat ban ke posisinya
  • pasang baut-baut velg satu per satu, sampai mentok
  • turunkan dongkrak, hingga ban menyentuh pijakan dengan sempurna, ambil/amankan dongkrak
  • kencangkan baut-baut velg. Ukuran kekencangan adalah sampai maksimal putaran baut, jangan dipaksakan lebih karena berpotensi baut patah.
  • selesailah pemasangan ban
Setelah penggantian ban rampung, saya melanjutkan perjalanan dan mampir ke cibinong (km 27 arah Jakarta) untuk mencari toko/bengkel ban.

Dari pengalaman ini, setidaknya ada beberapa catatan berharga buat saya, yaitu:
  1. Dongkrak dan kunci baut velg adalah alat wajib minimal yang -sin qua non-di dalam mobil
  2. Pastikan ban cadangan/serep selalu dalam keadaan oke, sangat dianjurkan untuk cek sebelum jalan. Kebayang kalau waktu kejadian itu ban serep gak siap pakai, tentu berabe nya jadi berpangkat-pangkat
  3. Untuk jaga-jaga, simpan nomor derek darurat atau layanan info tol. Karena di jalan tol sangat sulit menyetop relawan, atau menelpon saudara/teman yang entah dimana untuk menolong kita. Nah sebagai pelengkap, siapkan selalu tambang derek di mobil kita (banyak dijual di toko otomotif, carefour, Tip Top, dsb, yang 5 meter harganya sekitar 80 ribuan).
    Tambang derek baja
  4. Sangat etis dan penting untuk keselamatan kalau kita sedia triangle reflector agar saat kita "operasi" dapat dengan mudah dilihat pengendara lain di belakang sehingga terhindar dari tabrak belakang (antisipasi kejadiannya petang atau malam hari)
    Triangle reflector
  5. Berikutnya sebagai saran, teliti kondisi ban saat mau beli mobil (terutama mokas tentunya), bisa jadi ban diganti sebelum dijual oleh pemilik lama. Seperti VT saya, ternyata penyakit ban mulai terasa setelah sebulan mobil saya akuisisi. Luka-luka seperti tambalan tubeless, kenampakan gurat-gurat batik, atau ketipisan permukaan ban hendaknya jadi pertimbangan dalam menawar. Bahkan di pengalaman berikutnya, salah satu ban pecah tepat setelah saya melewati pintu masuk atrium senen. Hadeuuhh... walhasil, di bulan keempat, semua ban akhirnya saya ganti, karena satu per satu pecah di jalan.
Nah demikian pengalaman saya dengan dar der dor ban meletus. Buat saya tentu menjadi tambahan ilmu dan warning agar selalu cek ban sebelum jalan.

Selamat menemukan pengalaman Anda!

Pengalaman Jumper/Pancing Aki Mobil Sendiri


Suatu saat karena banyak hal, saya memarkir si VT kurang lebih semingguan tanpa di "anget-anget". Alangkah kagetnya si saya pas lihat balik, dan sadar kalau lampu kabin dalam menyala selama diparkir. Seingat saya, waktu terakhir markir, semua perangkat apalagi lampu tidak ada yang menyala. Mungkin si lampu nyala sendiri (kemungkinan pada posisi otomatis tutup/buka pintu), maklum lah jeroan perkabelan si VT udah sangat berumur. Jadi wajar kalo ada yang terkelupas, lalu kontak massa, dan sebagainya.

Walhasil, saat menyalakan starter, si aki ngos-ngosan tak berdaya. Lalu saya teropong aki pake senter, indikatornya berwarna putih pertanda si aki tak bernyawa. Bingung bukan kepalang, maklum pengalaman pertama. Musti diapain nih aki-aki....hehehe... Karena kepalang bingung, kasus saya tutup sementara. Sayapun mencoba tanya temannya si aki, yaitu mbah gugel. Coba cari tau apa penyebab dan bagaimana mengembalikan tenaga si aki biar bisa ngangkat mesin seperti sediakala.


Setelah mendapat secercah sinar pencerahan dari beberapa referensi, akhirnya saya coba untuk mengatasi problem si aki sendiri. Saya akan melakukan jumping aki (kalo beberapa bengkel aki urang Sunda menyebut dengan istilah "jemper"). Alat yang saya perlukan adalah: 
  1. Kabel jumper, banyak sih yang jual kabel ini, terutama di toko-toko otomotif. Saya mendapatkannya di toko Tip Top Rawamangun. Harganya waktu itu Rp. 55.000 (di toko lain ada yang jual sampai 80 rebu).
    Kabel Jumper aki mobil
    Ada 2 kabel, yang merah dan hitam. Kabel merah umumnya dipakai untuk arus positif/setrum, dan kebel hitam untuk arus poshansip.... eh... negatif/massa.
  2. Aki lawan sebagai jumper. Nah ini yang saya gak punya. 
Sebenarnya ada dua metode jumping/mancing aki, yaitu jumper dari aki yang terpasang di mobil lain, dan jumper dari aki yang stand-alone alias akinya doang. Kedua cara ini memiliki keenakan dan ketidakenakan masing-masing. Kalau jumping dari aki mobil lain, jelas enaknya adalah tinggal deketin mobil tersebut ke mobil kita, lalu jumping deh. Nggak enaknya adalah nyari mobil yang bersedia untuk menyumbangkan sesuap jumperan aki. hehehe... Untuk jumping dari aki doang, enaknya kita gak musti "mengemis-ngemis" pertolongan ke mobil relawan, tapi gak enaknya ya kita musti nyari aki yang oke untuk bisa jumping. Paling mepet ya kita cari bengkel aki lah, 100% mereka pasti mau... dengan ongkos sekian tentunya.... 

Dan... alhamdulillah kedua cara ini sudah saya alami. Bahkan saya pernah (atas salah satu saran mbah gugel juga) mencoba jumping pake (aki) motor. Tapi entah kenapa tidak berhasil, padahal sama-sama 12V. Mungkin karena motor saya yang sudah sepuh juga, ato memang ada "pakem" lain yang tidak saya fahami. 

Oke, untuk pengalaman pertama saya akan membeberkan proses jumping aki dari mobil lain. Bersyukur saya punya teman baik sekali, pak Makun namanya, dia punya Panther Sporty yang dipasangi aki kering. 

"Oh, akinya mati? ngobrol dong..!!.. sini saya bantu pancing... dimana parkirnya?" yuhu..... bahagia banget dapat tawaran begitu pas pulang kerja, mana hujan kuntilanak lagi (rintik-rinttik maksudnya)

Singkat cerita, Panthernya pak Makun mendekat ke depan monyong VT saya, kira-kira setengah meter, sesuai jangkauan kabel karena panjangnya cuman 2 meter. Langkah-langkah yang saya dapat dari mbah gugel adalah begini:...... bismillah.... pengalaman pertamaks... jangan lupa yang paling penting: buka kap mesin.... hehehehe...

Langkah 1: Pasang/jepitkan salah satu kutub kabel merah ke kutub positif (+) aki mobil yang bagus (mobil yang nolongin) 

Langkah 2: Pasang kutub kabel merah yang satunya ke kutub positif (+) aki mobil yang soak (mobil yang ditolong)

Langkah 3: Pasang salah satu kutub kabel hitam ke kutub negatif (-) aki mobil yang bagus. Berhati-hatilah, karena sampai tahap ini, kabel sudah teraliri arus!

Langkah 4: Pasang kutub kabel hitam lainnya ke bodi/massa mobil yang ditolong

kurang-lebih ilustrasi prosesnya seperti gambar ini:
Proses jumper mobil ke mobil
Nah, setelah keempat kutub kabel terpasang, yang muncul di benak saya berikutnya adalah penasaran. Apa ngaruhnya ya kira-kira jepit-jepitan begini ke aki saya. Selanjutnya saya nyalakan kunci kontak ke posisi on. dan.... memang terlihat efeknya, indikator yang tadi redup-redup sekarang jadi terang, tentunya karena bantuan aki-aki penolong...hehehe..

Untuk proses jumpingnya, pertama-tama adalah nyalakan mobil si penolong (ingat, pas masang-masang kabel tadi, kedua mobil harus pada posisi off). Berikutnya saya coba nyalakan mesin mobil saya (yang ditolong) dengan geser kunci kontak ke posisi ignition....cewes..wes...wes...wes.... tok..... coba lagi... cewes..wes...wes...wes.... tok.....

Ahhh.... masih gak mau ngangkat!

Saya terdiam beberapa jenak (lebih dari sejenak...hehehe), lalu coba lagi dengan bantuan sedikit choke ditarik...

cewes..wes...wes...wes.... greng.....greng,,,,

Iyyyahh.....berhasil! Alhamdulillah.....!... Yesss!!

Rupanya sebelum di kontak, si aki butuh beberapa menit untuk diisi dari aki penolong, jadi jangan terburu-buru, karena buru-buru itu hanya mendatangkan kerugian.... hehehehe...

Setelah proses jumper berhasil/selesai, maka berikutnya adalah melepaskan kabel-kabel jumper dari kutub-kutub aki. Langkah-langkahnya adalah kebalikan dari langkah pemasangan, INGAT! KEBALIKAN DARI LANGKAH PEMASANGAN ... hurufnya dibesarin biar kelihatan.. hehehe

Langkah 1: Lepas kutub kabel hitam yang menempel ke bodi/massa mobil yang ditolong

Langkah 2: Lepas kutub kabel hitam satunya yang menempel ke kutub negatif (-) aki mobil penolong

Langkah 3: Lepas kutub kabel merah yang menempel ke kutub positif (+) aki mobil yang ditolong

Langkah 4: Lepas kutub kabel merah terakhir dari aki mobil penolong.

Selesailah proses jumper aki. Berikutnya untuk mengisi, biarkan mobil menyala untuk beberapa saat hingga indikator aki menyala biru dengan titik merah di tengahnya (pertanda aki sudah full power). Saya sendiri membiarkan nyala sampai hampir 2 jam. Atau dibawa jalan mungkin lebih bagus, karena semakin di-gas, alternator semakin kuat mengisi aki.
Label indikator pada aki
indikator aki terisi sempurna
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat dibendung (peribahasanya bener gak tuh...hehehe) kejadian tekor aki ini saya alami yang kedua kalinya, di tempat yang sama. Untuk pengalaman kedua ini, kebetulan pak Makun sedang tidak ada, jadi otomatis tak ada relawan yang membantu saya seperti pada pegalaman pertama. Akhirnya saya memutuskan untuk mencari bengkel aki terdekat, dan alhamdulillah tidak jauh dari TKP. Pilihan ini juga untuk menghindari risiko berat-beratan bawa aki ke bengkel untuk disetrum.

Sesampai di bengkel aki, saya langsung menyampaikan maksud saya, eh si abang bengkel langsung tanya, "dimana parkirnya?". Rupanya dia sudah tahu masalah saya, dan telah banyak yang menangani hal yang sama. Segera si abang bengkel mengambil avo-meter, mengecek beberapa aki. Mungkin dia mencari aki yang kondisinya paling oke. Setelah dapat, meluncurlah kami ke TKP dimana si VT diparkir.

Karena sudah punya pengalaman pertama, saya pun sudah faham dengan jepit-jepitan kabel jumper. Nah, disini ada yang berbeda. Setelah saya selesai menjepit/memasangkan kabel jumper, si abang bengkel mengoreksi apa yang saya pasang. Kutub kabel hitam yang tadinya saya pasang ke bodi/massa mobil saya, dipindahkan ke kutub negatif (-) aki mobil saya/yang ditolong. Hmmmm.... ilmu baru tuh.
Prose jumper mobil ke aki
Sayapun segera menyalakan kunci kontak, dan cewes...wes...wes...wes....greng.... mesin langsung hidup.
Alhamdulillah, dari dua pengalaman ini, saya mendapatkan pelajaran begini:
  1. Kalau mau diparkir lama, copot kabel-kabel yang menempel ke aki. risikonya: kunci central lock pintu gak fungsi, dan musti dikunci manual.
  2. Kalau parkir lama tapi malas cabut aki (repot masang-masangnya lagi), maka rajinlah anget-angetin mesin, minimal 1-2 hari sekali. Nah inilah ribetnya pake aki basah...
  3. Sedia selalu kabel jumper, sewaktu-waktu butuh, minimal untuk sendiri, bagusnya bisa nolong orang
  4. Nasehat dari abang bengkel aki, dibawa jalan lebih baik dari dianget-anget saja. gak ngerti kenapa.
  5. Jangan merasa rugi berbuat baik sama orang, karena suatu saat kita pasti butuh relawan untuk menyelesaikan masalah kita....
Dan satu hal lagi, jumper-jumperan begini hanya bisa dilakukan untuk aki basah ya, kalau aki kering bisanya hanya di lem biru... hehehe...

Demikianlah sepenggalan pengalaman melakukan jumper/pancing aki mobil sendiri. Selamat bertemu dengan masalah, tetap tenang, positive thinking, dan temukan pengalaman baru Anda!

23 June 2014

Pengalaman membersihkan sistem wiper depan mobil Vantrend

Buat para pakar, otak-atik model begini mungkin sangat lumrah dan tidak aneh. Tapi buat orang awam dengan otomotif seperti saya, tentu memberikan pengalaman dan kepuasan tersendiri.

Selain harga yang terjangkau dan bebas untuk otak-atik, mungkin tidak ada lagi alasan bagi orang untuk membeli mokas, apalagi tergolong kategori motu (mobil tua)...termasuk saya yang melamar si VT...hehehe.. Kenapa melamar? Karena isteri saya tak jarang tersulut cemburu, manakala seharian saya asyik ngotak-atik mainan tuir ini.

Berbagai pengalaman pahit manis sudah kami lewati setahun ini bersama VT kami setiap menempuh perjalanan, mulai dari ban gembos di tol, alternator mati, overheating (ini mah memang ciri khas si VT), dan lain-lain. Semua hanya memperkaya pengalaman, walau bercampur kalut, jengkel, dan nyaris hopeless tentunya. Karena tuanya, si VT tak pernah kurang memberi rasa penasaran hingga menggelitik hati untuk nekat mencoba mengenali "5-W dan 1-H" tentang si VT ini dengan jalan bongkar sendiri.

Nah pas ada kesempatan kemarin, saya memberanikan untuk membedah bagian yang remeh temeh, tapi sangat vital di kala hujan, ya itulah wiper.



Langkah pertama saya copot kedua wiper menggunakan kunci pas 10. Berikutnya saya bingung mau bagaimana, tapi pas ditelisik sudut per sudut, ketemu lah beberapa baut yang mengunci plat ventilator yang menutupi "rumah" mesin wiper ini.

Plong langkah pertama saya lewati, ternyata saya menemukan kejutan luar biasa... saya jangkau lobang/ruang di samping kanan/kiri dari bagian dalam cowl ventilator, dan saya temukan.....




Ini jejak waktu yang menunjukkan si VT udah dewasa banget (19 tahun) hehehe... Sampah-sampah ini tentunya akan menghambat turunnya air yang masuk cowl lewat saluran yang ada di pojok-pojoknya.

Setelah saya keruk menggunakan jari dan sedikit tiupan udara dari compressor, saya siram kedua sudut dalam cowl itu dengan setengah ember air, hingga debu/tanah tak terlihat lagi, karena larut dan turun bersama air.

Selanjutnya saya mulai mencopot bagian-bagian mesin wiper, yang terdiri dari lengan-lengan dan motor/dinamo. Jangan lupa untuk melepas selang tembakan kran air wiper dan socket kabel powernya terlebih dahulu


Terus terang, saya baru tahu kalau dibawah permukaan cowl ada lengan-lengan panjang yang bekerja menggerakan wiper, seperti ini: 



Selanjutnya, seperti yang terlihat, semua bagian dipenuhi debu bahkan tanah serta karat disana-sini. Satu per satu saya bersihkan menggunakan lap, atau ampelas pada bagian karatnya.
Untuk menambah perlindungan dari karat, saya lapisi lengan-lengan ini dengan cat spray (yang merk pylox paling cepat kering dan kualitas cat nya bagus),

hingga hasilnya seperti ini:


Setelah selesai pembersihan dan pengecatan, lengan-lengan penggerak dan motor kita pasang kembali pada posisinya. Untuk menambah perlindungan pada motor, saya membungkusnya dengan karet bekas ban dalam motor, kemudian diikat dengan tali kabel atau kawat.

Hal yang perlu diperhatikan adalah, jangan sampai posisi lengan besar dan kecil tertukar posisinya, karena akan mempengaruhi putaran wiper. Pada tahap ini, saya juga sempat salah pasang, sehingga wiper tidak berputar normal (90 derajat dari titik nol sejajar kaca depan). Namun setelah dicari penyebabnya, ternyata kesalahan pada penempatan lengan tadi yang tertukar.

Setelah dibetulkan, semua bagian dipasang kembali. Sekalian cek nozzle tembak air ke kaca, kalau kurang naik/turun, bisa diatur arah lobangnya dengan jarum atau peniti.
Dan, setelah semua selasai, alhamdulillah, puas juga rasanya bisa otak-atik wiper. Nggak mau kalah dengan anak kecil yang penasarannya gak ada batasnya.

Selamat menemukan pengalaman anda!

20 June 2014

Pengalaman Menggunakan Jasa Lembaga Keuangan (Bank / Finance)

Tulisan ini mungkin tidak terlalu penting buat anda yang sudah "ngelotok" (faham diluar kepala) tentang urusan kredit2an atau perbankan.Tapi buat sebagian kalangan, saya rasa petunjuk atau bisikan yang banyak dikenal dengan istilah "testimoni" adalah salah satu rujukan yang masih memiliki porsi untuk menjadi bahan dalam mengambil keputusan. Pengalaman berurusan dengan lembaga keuangan akan sangat berbeda satu orang dengan lainnya, termasuk sebab, proses, lika-liku perjalanan, hingga ujung/ending nya.


Mau kredit mobil?
Mau cicil rumah?
Mau beli kios?
Mau beli properti apa saja, yang menggunakan jasa bank/finance?

Satu-satunya penyebab kita menggunakan jasa pihak ketiga (bank/finance) adalah kita punya keinginan/kebutuhan/kesempatan, tapi dana tidak ada. Biasanya ada 2 alternatif yang akan ditempuh:

Alternatif pertama, berusaha mencari pinjaman segar dari teman, saudara, atau kolega bisnis. Tetapi sangat sulit diambil, mengingat tidak semua orang bahkan saudara akan dengan mudah membantu memberikan pinjaman, dengan berbagai alasan tentunya. Terlebih bila dana yang kita butuhkan relatif besar.

Alternatif kedua, bila alternatif pertama tidak ada jalan, maka tentunya kita akan meminta bantuan pada pihak ketiga, baik itu bank ataupun finance.

Nah buat anda yang berencana mengambil alternatif kedua ini, berikut beberapa saran bagi anda yang berasal (sebagian besar) dari pengalaman pribadi saya, ya paling tidak biar tidak terlalu polos lah bermitra dengan bank/finance


Pertama, kenali dulu kebutuhan anda, ukurlah dari nilai nominalnya. Besar, sedang, atau kecil. Kenapa ukuran yang jadi patokan? Karena besarnya pokok akan sangat mempengaruhi tingkat bunga yang akan kita bayar. Setiap lembaga keuangan menerapkan bunga yang berbeda. Satu kata kunci di sini, anda harus realistis, sesuaikanlah dengan kemampuan bayar. Aturan yang mensyaratkan kemampuan cicilan maksimum1/3 dari penghasilan sebaiknya dipertimbangkan. 

Kedua, carilah info sebanyak-banyaknya tentang besaran dan sistem bunga, bandingkan kreditur satu dengan yang lain. Sebagai contoh, Bank Mi`un menerapkan sistem bunga flat (datar), dimana porsi bunga dari awal hingga lunas adalah sama. Sedangkan Bank Madun menerapkan sistem bunga piramida terbalik, artinya mereka "menghajar" porsi bunga yang lebih besar di awal masa cicilan, lalu semakin kesana semakin berkurang. Mana yang lebih menguntungkan? Dua-duanya ada plus minusnya bagi kita.
Bila anda berniat untuk melunasi kredit di pertengahan, atau di masa tertentu, maka sistem porsi bunga flat adalah yang terbaik. Hal ini karena kita bisa menghitung dengan mudah, berapa sisa yang harus dilunasi. Kalemahan sistem ini biasanya pihak bank/finance mematok bunga lebih tinggi/lebih mahal.
Bila bank/finance menggunakan sistem piramida, maka ketika anda lunasi di tengah periode, sisa pokok kredit anda masih cukup besar, sehingga seolah kita jalan ditempat meski sudah mencicil sekian lama. Hal ini karena di awal masa cicilan, kita lebih banyak membayar bunganya, dan tentu ini adalah nilai minus alias merugikan. Kelebihannya, tingkat bunga pada sistem ini biasanya lebih rendah. (biasanya lho, tapi bisa saja sama2 mahal. Makanya cari perbandingan sebanyak mungkin).

Ketiga, pelajari/carilah informasi tentang calon lembaga kreditur dari orang-orang yang sudah menjadi debitur/mitra/nasabahnya. Tanyakanlah plus minus lembaga tersebut serinci-rincinya. Misalnya tentang syarat dan ketentuan, kemudahan pembayaran, jaminan, pelunasan, hingga hal terburuk, kalau terjadi tunggakan. Pilihlah lembaga yang sudah benar-benar terpercaya dan terjamin lagalitasnya, seperti bank/lembaga pemerintah.


Keempat, setelah menemukan beberapa pilihan, pelajarilah syarat dan ketentuannya. Misalnya apakah mempersyaratkan jaminan, atau hal yang lainnya. Umumnya, semakin lengkap/banyak syarat yang ditetapkan, maka semakin baik administrasi lembaga tersebut. Efek di kemudian hari adalah, jika terjadi sesuatu (misal kredit tertunggak, dan sebagainya), lembaga yang administrasinya rapi cenderung lebih bisa bermediasi, tidak asal hajar (misal menggunakan debt collector), tapi mudah-mudahan ini tidak terjadi.

Kelima, setelah anda mendapatkan informasi dari satu lembaga, jangan terburu-buru ambil keputusan. Bernafaslah, cari perbandingan. Ingat, keputusan kredit hendaknya bukan keputusan emosional, tetapi harus logis dan terukur, karena akan berakibat panjang di kemudian hari. Jangan ragu untuk meminta pendapat teman yang lebih berpengalaman. Karena bila hanya bertanya kepada petugas bank/finance, maka dijamin mereka tidak mungkin akan menceritakan kekurangan mereka kepada calon nasabahnya.
Keenam, setelah yakin dengan satu pilihan, dan akan melakukan akad kredit, maka jangan lupa untuk hal-hal berikut:
  1. Yakinlah bahwa dalam sebuah akad kredit, kedua pihak adalah sama-sama cari untung. Jadi jangan terpaku pada anggapan "yang penting bisa cair", karena pada satu sisi mereka juga akan mengikat kita dengan ketentuan yang mungkin kita tidak memahaminya.
  2. Tanyakan hal-hal di atas (sistem bunga, jangka waktu, cara bayar, cara pelunasan, risiko jika meninggal, dsb serinci-rincinya)
  3. Bila akan menandatangani draf akad, bacalah dengan teliti. Tanyakan bila ada sesuatu yang sekiranya terlalu menodong kita.
  4. Bila anda mengambil keputusan Ya dan menandatangani, lihatlah kolom2 atau lembar2 akad kredit. Mintalah copy/salinan kedua dari akad kreditnya. Ini penting dan menjadi hak kita, (karena mayoritas bank/lembaga hanya membuat draf akad kredit sepihak saja), sehingga bila terjadi sesuatu di kemudian hari, kita dapat membaca dari akad awal.
  5. Bila anda membawa uang tunai, hendaklah berhati-hati. Tapi saya menyarankan lebih baik dikreditkan ke rekening agar lebih aman.
Nah, setelah akad kredit ditandatangani, maka anda dan lembaga kredit sama-sama terikat pada perjanjian. Jika ada ketidakpuasan, maka anda sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi, kecuali menyelesaikan kewajiban anda hingga selesai.

Percaya atau tidak, bila anda membayar cicilan sampai lunas, maka anda membayar kewajiban anda 2x lipat atau 200% dari pokok yang kita dapatkan!

Sekarang, rata-rata bunga kredit bank adalah 1% per bulan, maka bila dikalikan setahun maka menjadi 12% atau seperempatnya, bila dua tahun menjadi 24% atau hampir seperempatnya dari pokok. Karena itulah, selain besar pinjaman, jangka waktu cicilan juga harus menjadi bahan pertimbangan dalam kredit. Semakin lama jangka waktu, semakin besar bunga yang harus kita bayar. Pertimbangkanlah matang-matang dengan nilai manfaat yang kita terima.

Bila anda mengagunkan jaminan, maka pertimbangkanlah keamanan dan kemudahan kita untuk mendapatkan kembali jaminan itu, terlebih bila jaminan ternyata bukan sepenuhnya milik kita, akan sangat berabe tentunya.

Simpanlah baik-baik bukti cicilan yang anda setor setiap bulan. Bila perlu, buatlah pembukuannya. Hal ini untuk mencegah kreditur menghitung seenak perutnya. Bila anda mencicil melalui ATM, copy lah segerea struknya, karena tinta struk ATM tidak bertahan lama.


Bila suatu saat anda melunasi, maka mintalah tanda bukti pelunasan yang sah/resmi (misal kuitansi dsb). Ingat, tanda bukti pelunasan adalah hak anda. Jadi selain jaminan anda ambil kembali, tanda pelunasan merupakan hak lain yang terpisah. Hal ini untuk menghindari akal-akalan oknum kreditur di kemudian hari.

Dari sekian alternatif di atas, apabila memungkinkan, maka saya lebih menyarankan anda menjadi anggota koperasi. Kenapa? karena bila anda mengambil kredit dari koperasi, sekian persen dari bunga yang diambil koperasi akan dikembalikan kepada kita sebagai SHU. Jadi jatuhnya bunga yang kita bayar lebih kecil.

Tapi, kalau boleh berpendapat lagi, dan keadaan tidak memaksa, maka sedapat mungkin anda menghindari lembaga keuangan yang menerapkan sistem bunga ini, dengan berbagai alasan. Karena seperti yang saya rasakan sendiri, mungkin nominalnya kita dapat, barang/aset kita dapat, properti kita dapat, tapi ada satu yang secara samar menghilang yaitu, keberkahan.

Untuk sementara sekian dulu mini-testi dari saya, semoga sedikit banyak dapat memberi pencerahan.